RESPON GEREJA ATAS PANDEMIKCORONAVIRUSDISEASE2019 DAN IBADAH DI RUMAH |
Author : Roedy Silitonga |
Abstract | Full Text |
Abstract :Gereja hadir di atas bumi sebagai perpanjangan dari kehadiran Kerajaan Allah di antara umat manusia. Gereja selalu hadir merespon kondisi dan situasi zaman dalam berbagaitantangan dan pencobaan. Namun gereja selalu berpihak pada kedaulatan dan kehendak Allah yang mengatur dan mengendalikan segala sesuatu, termasuk atas pandemikyang dialami manusia di bumi ini. Gereja, saat ini berhadapan langsung dengan pandemikCovid-19, yang telah menduniadan penyebarannya begitu masifserta dampaknya begitu luas di berbagai sektor kehidupan. Gereja diutus untuk membawa damai sejahtera Kristus di dalam kebenaran dan kasih. Itulah sebabnya gereja merespon himbaunPemerintah dan protokolkesehatan dari WHO dengan cara melaksanakan ibadah gerejawi di rumah.Ibadah di rumah bukanlah usaha membentuk gereja rumah sebagai sebuah institusi baru. Ibadah di rumah merupakan wujud iman yang bertanggung jawab atas kehidupan sesama manusia, dan sekaligus sebagai wujud kasih bagi sesama. Ibadah di rumah merupakan sebuah ibadah yang diselenggarakan berdasarkan pada tata ibadah dan liturgi dari sebuah institusi gereja, dimana jemaat menjadi bagian dari anggotanya. Prinsip dan mekanisme ibadah di rumah diatur sedemikian rupa dengan menggunakan segala peralatan dan teknologi digital yang ada dan tersedia. Hal yang penting dan utama di dalam pelaksanaan ibadah di rumah ialah jemaat tetap sungguh-sungguh beribadah kepada Allah Tritunggal, menyanyikan pujian kepada Tuhan, berdoa, dan puncak serta pusatnya ialah mendengarkan firman Tuhan melalui khotbah secara langsung (live streaming) atau di dalam bentuk rekaman atau di dalam bentuk cetakan tertulis. |
|
TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP POSTMODERNISME DAN IMPLIKASINYA BAGI IMAN KRISTEN |
Author : Made Nopen Supriadi |
Abstract | Full Text |
Abstract :Zaman mengalami perubahan, dari pra modern menuju ke modern dan sekarang memasuki era postmodern. Era postmodern juga diikuti oleh pemikiran filosofis dari postmodernisme. Pemikiran filosofis tersebut telah jauh memperngaruhi kehidupan banyak manusia, yangjuga telah menyentuh dalam aspek iman kristen. Prinsip pemikiran postmodernisme yaitu subyektifisme, anti sejarah, pluralisme perspektifdan relativitas. Prinsip-prinsip tersebut menimbulkanpengaruh negatif bagi prinsip-prinsip iman Kristen sehingga postmodernisme adalah salah satu tantangan dalam iman Kristen. Tantangan tersebut adalah postmodernisme adalah filsafat anti-kebenaran yang objektif. Sehingga berpengaruh kepada kehidupan orang percaya agar tetap setia untuk menyatakan kebenaran final iman Kristen, menjadikan iman Kristen sebagai satu-satunya alat uji terhadap postmodernisme dan membongkar kepalsuan postmodernisme. Oleh karena itu artikel ini ditulis untuk memberikan pemahaman mengenai postmodernisme dan implikasinya bagi iman Kristen, sehinggabanyak orang percaya dapat memberikan antisipasi di zaman postmodern yang dihidupi pada saat in |
|
MENGKAJI HAKEKAT MISI INKLUSIFYESUS BERDASARKAN INJIL LUKAS DAN APLIKASINYA BAGI MISI MASA KINI |
Author : Yesri Talan |
Abstract | Full Text |
Abstract :Lukas memperkenalkan pelayanan Yesus secara inklusif yaitu memberitakan Injil, bersekutu dan melayani yang kaum marjinal. Dalam konteks ini, orang lumpuh, buta, tuli, miskin, pemungut cukai yang dianggap berdosa, merekalah yang menjadi pusat perhatian-Nya. Dengan mengamati misi sekarang ini yang berorientasi pada misi penanaman gereja maka perlu adanya transformasi. Transformasi yang dimaksudkan adalah merubah motifasi misi penanaman gereja menjadi misio dei sehingga misi yang dilakukan bukan bersifat antroposentris melainkan misi untuk memuliakan Tuhan.Metode yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode kualitatif. Kajian pustaka serta Alkitab sebagai sumber utama dalam menjelaskan. Selain dari sumber kajian pustaka dan Alkitab, sumber yang diperoleh adalah berdasarkan fakta observasi di lapangan. |
|
SKETSA GLOCAL THEOLOGY |
Author : Manase Gulo |
Abstract | Full Text |
Abstract :Glocal Theologyadalah model teologi yang ada di zaman post modernisme yang menekankan pada teologi konteks budaya setempat. Artinya memiliki penekanan pada usaha perjumpaan tradisi gereja dan tema-tema Kristiani dengan kenyataan hidup masyarakat disekitarnya. Berteologi secara sederhana itu senantiasa memahami sumber lokal yang terdiri dari ritual lokal, bahasa sehari-hari, lagu daerah, peribahasa dan bangunan seni. Dengan menggunakan unsur-unsur ini berarti seorangteolog berteologi secara kontekstual. Teolog itu hadir dan tinggal dengan orang-orang serta mendengarkan suara mereka. Dalam hal ini teologi sederhana itu berusaha menghargai dan menggunakan kebijaksaan yang ada pada budaya lokal, sehingga orang-orang lokal dapat dengan mudah memaknai kebijaksanaan itu dalam terang Injil. Oleh karena itu artikel ini akan memberikan sebuah kontribusi pemikiran bagaimana membangun sketsa Glocal theolog |
|
MENGENAL KONFLIK AKAR PENOLAKAN DAN DAMPAKNYA DALAM MEMBANGUN RUMAH TANGGA KRISTEN |
Author : Pengarapen Sembiring |
Abstract | Full Text |
Abstract :Dalam membangun rumah tangga sering sekali terjadi konflik, salah satu konflik terbesar yang di dengar oleh konselor pernikahan dalah rumah tangga adalah pernyataan seperti berikut ini: “ isteri saya benar-benar tidak mengerti saya”, atau suami saya tidakpernah mendengarkan saya. Sehingga membuat sebagian besar pernikahan yang goyah saat ini kandas mengalami perceraian. Karena banyaknya pasanagan gagal dan tidak memiliki kemampuan untuk memahami akar penolakan yang di alami oleh pasanganya, atau tidak begitu mengenal masalalu yang gelap pasanganya bisa juga karena tidak adanya keterbukaan dari pasangan berkaitan masa lalu dalam keluarga masing-masing pasangan. Dampak-dampak negatif akan kelihatan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dalam pernikahan maka muncullah sifat-sifatasliyang negatif sehingga menimbulkan kemarahan dan kebencian terhadap pasangan. Masalah bukan hanya itu saja dampak dari penolakan bisa menibulkan percabulan atau hidup dalam kecemaran dalam rumah tangga bahkan banyak terjadi perselingkuhan karena ketidak puasan dari pasanganya masing-masing. Intinya dalam membangun rumah tangga pasangan tidak boleh buta melihat dan memperhatikan pasanganya cukup sekedar sudah jatuh cinta melihat penampilan dan sifat simpatik dan perhatian yang ditunjukkan oleh pasanganya, melainkan yang jauh lebih penting kita bisa melihat latar belakang masa lalu dan siap menerima segala kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pasanganya dan melengkapi dan menolong kedua pasangan untuk membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia |
|
STUDIEKSEGETIS 1KORINTUS 10: 1-5DAN KONTRIBUSINYA DALAM MEMAHAMI PRINSIP BAPTISAN ANAK |
Author : Suleni |
Abstract | Full Text |
Abstract :Baptisan anak merupakansalahsatu sakramen dalam gereja. Namun, pada masakini masih banyak yang menolak pelaksanaan baptisan anak. Penolakan tersebut hadir dari beberapa kelompok Kristen. Banyak argumen telah diberikan untuk menyatakan keabsahan baptisan anak secara Alkitabiah. Tetapi, argumen-argumen tersebut masih belum diterima oleh para penentang baptisan anak. Melalui artikel inipenulis mencoba memberikan kontribusi melalui surat 1Korintus 10: 1-5 sebagai dasar untuk memahami baptisan anak. Ayat ini belum banyak di eksposoleh para Teolog untuk mempertahankan argumen mengenai keabsahan baptisan anak. Dengan demikian, pembaca dapat memahami prinsip baptisan anak yang sesungguhnya |
|
STRATEGI MELAYANIUNREACHED PEOPLE GROUPS BERDASARKAN KAJIAN EKSEGETIS 1KORINTUS 9: 19-23 |
Author : Samuel Purdaryanto |
Abstract | Full Text |
Abstract :Tema ini membahas mengenai kajianeksegesis tentang penginjilan kontekstual dalam 1 Korintus 9:19-23. Penginjilan kontekstual selalu menjadi topik yang menarik dalam diskusi Misiologi dan Eklesiologi. Meskipunterkadang kontroversi, penginjilan kontekstual masih menjadi salah satu metode efektif dalam memberitakan injil kepada suku terabaikan.Pemberitaan injil lintas budaya merupakan satu pokok yang dibicarakan oleh Paulus kepada jemaat di kota Korintus. Rasul Paulus mengatakan bahwa memberitakan injil merupakan suatu keharusan bagi dirinya (1Korintus 9:16). Dan pada pasal 9:19-23 rasul Paulus menyampaikan bagaimana cara atau metode yang dia lakukan untuk memberitakan Injil kepada mereka yang berbeda budaya dengan dirinya. Pemberitaan Injil merupkan mandat atau Amanat agung yang diberikan Tuhan Yesus kepada orang percaya, dan harus diberitakan kepada segala suku kaum dan bahasa. Dalam memberitakan Injil, Paulus memberikan teladan yang menjadi strategi dalam penginjilan kontekstual. Rasul Paulus rela menghambakan diri ”aku menjadikan diriku hamba, 1 Korintus 9:19.”Paulus juga menyesuaikan diri untuk dapat memahami mereka yang berbeda budaya ”dengan menjadi seperti”.Supaya dapat memenangkan sebanyak mungkin.Serta visi yang kuat untuk memenangkan orang sebanyak mungkin bagi Kristus, sehingga mereka menjadi selamat. Paulus memahami mandat yang diberikan, untuk menjadikan orang Yahudi maupun orang non Yahudi untuk dijadikan muri Kristus. Tantangan dan hambatan dalam memberitakan Inil selalu ada, namun memahami metode berdasarkan firman Tuhan adalah pilihan untuk menyingkirkan hambatan tersebut. |
|
LIVING VALUES EDUCATIONDAN IMPLIKASINYABAGIPENDIDIKAN AGAMA KRISTEN |
Author : Karlito Dias Markes |
Abstract | Full Text |
Abstract :Pendidikan merupakan proses pewarisan nilai-nilai hidup yang menjadi pedoman sekaligus landasan pengembangan karakter. Pendidikan harus berproses secara sadar dan terencana serta berorientasi pada nilai-nilai hidup yang kontekstual. Living Values Education merupakan salah satu pola pendidikan berbasis nilai-nilai hidup dipandang cukup relevan dengan Pendidikan Agama Kristen yang adalah pendidikan berbasis nilai-nilai hidup kekristenan. Secara eksplisit Alkitab mencatat bahwa sesungguhnya hidup, ajaran dan teladan Tuhan Yesus sudah mempraktekkan pola pendidikan Living Values Education. Penelitian ini dilakukan dengan metode Literatur Review yakni, melalui literatur yang diperoleh baik secara manual yakni buku-buku maupun artikel-artikelmelalui elektronik data base seperti google maupun google scholer. Dari anilisis literatur yang dilakukan maka penelitian ini menemukan tiga hal prinsip sebagai dasar pengembangan karakter melalui The Christian Living Values Education. Pertama, Nilai-nilai hidup mansia dengan Tuhan. Kedua, nilai-nilai hidup manusia dengan sesama. Dan ketiga, nilai-nilai hidup manusia dengan dirinya sendiri. Ketiga nilai-nilai hidup ini memilikisubstansi yang sama yaitu: mengasihi dengan hati, jiwa dan akal budi.Harapan dari penelitianini ialah pendidik Agama Kristen diselenggarakan pada nilai-nilai hidup yangberpusat pada Kristus (The Living Values of ChristCenter). |
|